Oleh:
Abdul Wahid Al-Faizin
(Progres STEI Tazkia, Koordinator Komisariat Bogor, FoSSEI Jabodetabek)
Pendahuluan
Dalam khazanah bahasa arab, Silaturahim terdiri dari dua kata yaitu Shilah
dan Rahim. Kata Shilah merupakan bentuk mashdar dari kata kerja Washola
yang memiliki arti menyambung. Sedangka kata Rahim yang merupakan bentuk
singular dari Arhaam dapat kita artikan dengan sanak saudara yang tidak
tergolong ahli waris. Rahim mencakup seluruh kerabat jauh kita yang
tidak mendapatkan hak waris atas harta kita seperti cucu dari saudara kakek
kita. Bahkan secara umum kata Rahim juga mencakup seluruh umat manusia
karena mereka berasal dari kakek yang sama yaitu Nabi Adam. Berbeda dengan pemahaman kebanyakan masyarakat selama ini, silaturahim
tidak terbatas kepada berkunjung ke rumah sanak keluarga saja. Namun lebih dari
itu, silaturahim juga bisa diimplementasikan dengan segala tindakan yang dapat
memperbaiki hubungan baik kita dengan kerabat atau orang lain yang berada di
sekitar kita. Silaturahim juga tidak terbatas dengan orang yang sudah memiliki
hubungan baik dengan kita. Sebalikya, silaturahim malah harus kita lakukan
kepada orang yang memiliki hubungan kurang baik atau bahkan memutuskan hubungan
dengan kita. Rasulullah saw. Bersabda “orang yang memelihara silaturahim itu
bukan sekedar orang yang menjalin hubungan dengan orang yang sudah memiliki
hubungan baik dengannya. Namun lebih dari itu, orang yang benar-benar
memelihara silaturahim adalah orang yang menyambungnya kembali jika telah
terjadi putusnya hubungan”(HR. Bukhori)
Silaturahim dan
Economic Development
Seluruh tatanan dan ajaran yang telah disyariatkan oleh Allah memiliki
makna dan manfaat tersendiri bagi kehidupanan manusia. Aturan agama yang telah
ditetapkan oleh Allah tidak lain adalah panduan terbaik bagi kehidupan manusia.
Silaturahim misalnya, memiliki fungsi yang sangat signifikan untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi kehidupan manusia tidak kecuali dalam bidang ekonomi. Bahkan
silaturahim memiliki peran yang sangat signifikan bagi pembangunan sebuah
perekonomian. Dalam sebuah
tatanan masyarakat, silaturahim mampu membangun kepedulian sosial dan
solidaritas di mereka. Silaturahim yang kuat diantara masyarakat akan
melahirkan sebuah hubungan informal yang selanjutnya akan meningkatkan semangat
kerja sama di antara mereka. Hubungan informal dan kerja sama yang kuat inilah
oleh Francis Fukuyama disebut dengan social capital. Menurut Fukuyama,
tatanan ekonomi dunia yang baru tidak boleh meninggalkan potensi peranan
penting dari adanya sebuah kontrak social yang merupakan modal utama bagi
pembangungan ekonomi.
Senada dengan Fukuyama, pakar ekonomi islam kontemporer Dr. Umar Capra juga
menganggap pentingnya sebuah nilai-nilai kekeluargaan dan solidarita di antara
masyarakat. Dalam pandangannya, nilai-nilai social dan solidaritas masyarakat
mampu menjawab kegagalan konsensus Keynesian yang menyebabkan deficit fiscal
dan inflasi yang tinggi pada dasawarsa 1970-an. Menurut Dr. Umar Capra, konsensus keynsian yang berusaha memperbaiki dampak
negative “Hukum Say” memiliki kelemahan yang sama dengan “Hukum Say” tersebut.
Menurutnya kalau “Hukum Say” meletakkan beban realisasi pada pasar, sebaliknya
revolusi Keynesian meletekkan beban mengkoreksi ekuilibrium pengangguran
terhdadap pemerintah. Keduanya sama-sama tidak melibatkan nilai kekeluargaan
dan solidaritas social dalam merealisasikan kesejahteraan masyarakat.
Akibatnya, obat yang ditawarkan oleh JM. Keynes dalam menghadapi Great
Depression pada tahun 1930-an tersebut, hanya mampu bekerja untuk jangka
waktu sementara. Namun pada akhirnya, obat tersebut malah menjadi penyakit baru
bagi perekonomian dunia dengan munculnya Stagflasi di era 1970-an yang
tidak kalah menyengsarakannya.
Selain itu, semangat silaturahim juga mampu membangun rasa simpati dan
empati kita terhadap sesama. Dengan silaturahim, kita dapat mengetahui secara
langsung keadaan orang yang berada di sekeliling kita. Oleh karenanya, kedua
mata kita akan terbuka lebar akan realitas kehidupan masyarakat sekitar kita
yang pada akhirnya dapat menyadarkan kita untuk bisa berbagi dengan sesama.
Dengan demikian, teori Rational Economic Man ala Edgeworth yang selama
ini menjadi landasan ekonomi kapitalis tidak berlaku lagi. Perilaku setiap agen
ekonomi tidak lagi digerakkan oleh self-interest masing-masing. Namun, lebih
jauh lagi mereka juga akan berperilaku untuk kepetigan masyarakat secara luas.
Hal inilah yang menurut Ekonom Faisal Bashri menjadi point tersendiri bagi
pembangunan perekonomian daerah yang terkena bencana. Menurut dia, rasa
kekeluargaan dan empati masyarakat Indonesai mampu mempercepat proses Recovery
sebuah daerah pasca terjadinya bencana alam.
Silaturahim dan
Keberhasilan Bisnis
Kalau kita ingin rizqi kita lancar dan mudah, maka silaturahimlah salah
satu resepnya. Rasulullah bersabda “Barang siapa yang ingin diluaskan rizqinya
dan dipanjangkan umurnya, hendaklah dia menyambung silaturahim”(HR. Bukhori dan
Muslim). Mungkin kita
sering bertanya dalam hati, apa korelasi antara silaturahim dengan mudahnya
rizki?bukannya silaturahim itu sendiri membutuhkan biaya?silaturahim ke saudara
misalnya, pasti membutuhkan biaya transportasi, oleh-oleh untuk saudara dan
lain sebagainya. Apalagi kalau rumah saudara yang kita silaturahimin tersebut
jauh. Memang kalau kita lihat sekilas seakan terjadi
paradox antara hadits di atas dengan pemikiran dangkal kita selama ini. Namun,
kalau kita teliti lebih dalam lagi kita akan mengetahui bahwa dalam jangka
panjang silaturahim memiliki peranan penting bagi terbukanya rizki kita. Dalam
pandangan penulis ada dua hal penting yang dapat menjelaskan pandangan
tersebut.
Pertama, silaturahim dapat membantu kita untuk dapat melihat peluang dari sebuah
bisnis. Bahkan terkadang kita dapat mempelajari sebuah bisnis dari seseorang yang
menjadi tujuan silaturahim kita. Hal inilah yang oleh Habiburrahman Al-Sairozy
digambarkan dalam sosok Azam yang menjadi tokoh utama dalam novel Best
Sellernya “Ketika Cinta Bertasbih”. Dalam novel yang skual filmnya meledak
tersebut, Azam digambarkan sebagai seorang spesialis tempe yang menguasai pasar
kota Kairo tempat dia kuliah. Anehnya ternyata kemahirannya membuat tempe
tersebut didapatkan sewaktu dia bersilaturahim ke rumah seorang temannya.
Kedua, silaturahim dapat membangun sebuah jaringan yang luas serta kokoh. Di
mana dengan jaringan yang luas dan kokoh itulah bisnis serta usaha kita bisa
eksis dan berkembang. Jaringan yang kuat disertai kemauan keras inilah yang
menjadi salah satu foktor utama keberhasilan bisnis orang China. Meski pada mulanya
bisnis yang mereka geluti tergolong kecil, namun dengan jaringan yang luas dan
kokoh yang mereka miliki, bisnis mereka mampu merangkak naik dengan
perlahan-lahan. Bahkan dengan jaringan kuat yang dimilikinya, tidak jarang
mereka mampu memonopoli sebuah pasar hanya untuk kalangan mereka sendiri.
Lebih dahsyatnya lagi, spirit silaturahim telah mampu menjiwai beberapa
teori marketing era baru. Menurut Aa Gym silaturahim tidak lain adalah
kekuatan network marketing. Dalam teori marketing terbaru, hubungan antara
produsen dengan cutomernya tidak lagi berupa hubungan formal yang kaku. Namun
lebih dari itu, produsen juga harus mengadakan silaturahim dan pendekatan
kepada para custumernya. Hal ini sangat penting dalam membangun loyalitas
customernya. Wallahu a’lam
No comments:
Post a Comment