Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memberikan sambutan saat
membuka diskusi panel MUI dengan tema Peran Ekonomi Syariah dalam Arus Baru
Ekonomi Indonesia di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin (24/7).
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ekonomi syariah dapat tumbuh berkembang lebih
pesat apabila keuangan syariah dapat dikembangkan. Salah satunya, dengan
pemberdayaan ekonomi di pesantren dan lembaga pendidikan Islam lainnya. Deputi
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, untuk dapat mengembangkan
ekonomi syariah, semua aspek perekonomian harus diberdayakan. "Kita tidak
bisa mengembangkan ekonomi syariah hanya ekonomi syariah saja. Ekonominya harus
dikembangkan, pemberdayaan ekonominya dikembangkan dulu," ujar Perry
kepada Republika.co.id, Senin (24/7).
Secara umum, bank sentral berupaya mengembangkan perekonomian mulai dari
mikro hingga besar. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) hingga besar yang
sukses harus dapat direplikasi di tempat lain untuk membangun perekonomian yang
lebih maju. Bahkan banyak pesantren yang telah berhasil mengembangkan
bisnisnya. Dengan banyaknya jenis usaha demikian, seharusnya ekonomi syariah
dapat berkembang. Namun, menurut Perry mereka malah lebih memilih menggunakan
pembiayaan mandiri atau self-financing, sehingga keuangan syariah tidak dapat
membiayai bisnis mereka.
"Masalahnya ekonomi syariah selama ini belum berkembang, karena
sebagian besar ekonomi syariah mikro dan menengah belum pakai pembiayaan
syariah, mereka pake self financing," ungkap Perry. Hal itu menjadi
penyebab ekonomi syariah belum berkembang di Indonesia. Perry berharap berbagai
jenis usaha di pesantren dan lembaga islam lainnya dapat dikembangkan dan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Apalagi dengan adanya tambahan pembiayaan dari
lembaga keuangan syariah ataupun sukuk. "Jadi bisa timbal balik,
pertumbuhan ekonomi tinggi akan mendorong ekonomi syariah. Tapi pemberdayaan
ekonomi syariah juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Perry.
Mengenai pengembangan ekonomi syariah di lembaga pendidikan Islam,
Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia, Anwar Abbas menilai masih banyak
para ulama dan pemilik pesantren yang masih belum memahami keuangan syariah. "Ulama
saja masih banyak yang belum menggunakan keuangan syariah. Karena mereka tidak
mengerti, mengira sama saja dengan bank konvensional," ungkap Anwar Abbas.
Dengan demikian, ia menilai perlu adanya sosialisasi dan edukasi yang
intensif agar dapat membangun ekonomi syariah di basis pendidikan islam. Dalam
kesempatan berbeda, Wakil Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI)
Indonesia, Halim Alamsyah mengatakan, bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan
pemerintah melalui Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) untuk melakukan
sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Sebab, selama ini pertumbuhan
ekonomi syariah yang masih mandek dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat
akan sistem keuangan Islam ini. "Paling tidak dari IAEI akan menyuarakan
mengenai literasi dan produk secara sederhana ke masyarakat, karena masyarakat
masih banyak yang bingung dengan istilah syariah," tutur Halim.
No comments:
Post a Comment